pose bersama di sela kuliah

pose bersama di sela kuliah
kuliah kv

adil

adil
kuliah kv

jujur

jujur
kuliah kv

Sabtu, 29 Mei 2010

KEPERAWATAN KARDIOMIOPATI

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KARDIOMIOPATI KONNGESTIF (DILATED CARDIOMYOPATHY)


I. PENGERTIAN
Kardiomiopati adalah suatu penyakit miokard yang menyerang otot jantung (Myocard) dan penyebab tidak diketahui. Penyakit ini dapat ditemukan pada semua jenis kelamin pria dan wanita, pada semua golongan umur (Ruhyanudin F, 2006, hal 73).

Kardiomiopati kongestif disebut juga dengan nama Dilated Cardiomyopathy (A.H Markum, dkk, hal 615). Bentruk kardiomiopati ini digolongkan berdasarkan patologi, fisiologi dan tanda klinisnya. Penyakit ini ditandai dengan adanya dilatasi atau pembesaran rongga ventrikel bersama dengan adanya penipisan dinding otot, pembesaran atrium kiri dan stasis darah dalam ventrikel (Smeltzer SC, 2002, hal 833).

II. ETIOLOGI
Laporan gugus tugas WHO/ISFC tentang definisi dan klasifikasi kardiomiopati tahun 1980, berdasarkan etiologinya digolongkan menjadi 2 macam yaitu :
1. Tipe primer: terdiri dari penyakit otot jantung yang tidak diketahui penyebabnya.
a. Idiopatik
b. Familial

2. Tipe sekunder: terdiri dari penyakit otot jantung dengan sebab yang diketahui atau berhubungan dengan penyakit yang mengenai system organ lain
a. Infektif
 Miokarditis virus
 Miokarditis bakteri
 Miokarditis jamur
 Miokarditis protozoa
 Miokarditis metazoan

b. Metabolik
c. Penyakit familial
 Penyakit glikogen
 Mukopolisakaridosis

d. Defisiensi
 Elektrolit
 Nutrisi

e. Kelainan jaringan ikat
 Lupus eritematosis sistemik
 Poliartritis nodusa
 Arthritis rheumatoid
 Scleroderma
 Dermatomiositis
 Dilatasi dan disfungsi ventrikel kiri dan kanan
 Curah jantung menurun
 Angiografi : berkesan ventrikel kiri hipokinetik difus serta dilatasi, sering disertai dengan regurgitasi mitral.
 Biopsi Endomiokard transvenus
Digunakan pada kondisi seperti infiltrasi miokard oleh amiloid
Berkesan inflamasi sel bundar miokardium

f. Komplikasi
 Gagal jantung
 Sinkope
 Aritmia
 trombosis
(Smeltzer SC, 202, hal 251)

3. Penatalaksanaan
a. Tirah baring (terutama untuk penyebab yang tidak diketahui)
b. Menghindari aktivitas jasmani yang berat
c. Medikamentosa :
 Anti Koagulan Untuk Embolisasi Sistemik
 Kardiotonika: Amrinon dan Milrinon untuk menambah perbaikan klinik
 Kortikosteroid untuk anti inflamasi
 Anti aritmia untuk aritmia yang serius atau simtomatis
d. Tranplantasi jantung, harus dipertimbangkan dan dilakukan bila tidak ada kontra indikasi terhadap prosedur tersebut (Rilantono LI, dkk, 2001, hal 251)

III. PENGKAJIAN
1. Type 1
Jantung dapat membesar sekali, bunyi jantung ke 3 dan 4 dapat terdengar

2. Type 2
a. Pembesaran jantung ringan
b. Pada apek teraba getaran sistolik dan kuat
c. Bunyi jantung ke 4 biasanya terdengar
d. Bising sistolik yang mengeras pada tindakan valsava

3. Type 3
a. Pembesaran jantung sedang
b. Bunyi jantung ke 3 dan ke 4
c. Regurgitasi mitralis atau trikuspidalis

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan kardiak output berhubungan dengan kerusakan otot miokard
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongestif pulmonal
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kardiak output
4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

V. RENCANA KEPERAWATAN
1. Penurunan kardiak output berhubungan dengan kerusakan totot miokard
Tujuan : menurunkan beban jantung
Kriteria : Vital sign dalam batas normal TD: 120/80 mmHg N : 60-100x/mnt, bebas dari gejala gagal jantung, dysnoe menurun.
Intervensi
a. Auskultasi nadi apical, kaji frekwensi, irama jantung.
Rasional : kondisi ini menunjukkan keadaan tachikardi atau bradikardi, regular atau irreguler
b. Catat bunyi jantung, palpasi nadi perifer, pantau tekanan darah
Rasional : penuruanan kardiak output tampak pada nadi, dan tekanan darah
c. Kaji kulit terhadap pucat, dan sianosis
Rasional : pucat indikasi penurunan perfusi perifer, cyanosis karena kongesti vena
d. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
Rasional : meningkatkan sediaan oksigen untuk miokard
e. Tinggikan kaki, hindari tekanan tekanan pada bawah kulit lutut
Rasional : menurunkan statis vena, dan insiden thrombus
f. Berikan obat sesuai instruksi/kolaborasi : diuretika, morphin, vasodilator
Rasional : menurunkan preload dan afterload

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kardiak output
Tujuan : pasien dapat melakukan kegiatan sehari-hari
Kriteria : dapat berpartisipasi dalam beraktivitas, dapat memnuhi kebutuhan sendiri, vital sign normal selama aktivitas.
Intervensi
a. Periksa vital sign sebelum dan segera setelah latihan.
Rasional : hipotensi ortostatik dapat terjadi saat aktivitas
b. Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas
Rasional : penurunan miokard untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas
c. Kaji penyebab kelemahan
Rasional : kelemahan dapat terjadi karena efek obat
d. Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas
Rasional : kelebihan aktivitas meningkatkan dekompensasi jantung
e. Berikan bantuan dalam aktivitas, selingi aktivitas dengan istirahat
Rasional : aktivitas tanpa mengurangi stress miokard/kebutuhan oksigen berlebihan
f. Kolaborasi program rehabilitasi jantung/aktivitas
Rasional : peningkatan aktivitas bertahap menghindari kerja jantung berlebihan


DAFTAR PUSTAKA

Ruhyanudin Faqih (2006), Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler, UMM Press, Malang

Smeltzen SC (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner and Suddarth edisi 8 Vol.2, EGC, Jakarta

Jumat, 28 Mei 2010

KEPERAWATAN CABG

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
CORONARY ARTERY BYPASS GRAFT (CABG)

1. Definisi
Coronary Artery Bypass Graft (CABG) merupakan salah satu penanganan intervensi dari Penyakit Jantung Koroner (PJK), dengan cara membuat saluran baru melewati arteri koroner yang mengalami penyempitan atau penyumbatan (Feriyawati, 2005)

2. Indikasi
a. Angina yang tidak dapat dikontrol dengan terapi medis.
b. Angina yang tidak stabil
c. Sumbatan yang tidak dapat ditangani dengan terapi PTCA (Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty).
d. Sumbatan/ Stenosis arteri koroner kiri ≥ 70%
e. Klien dengan komplikasi kegagalan PTCA
f. Pasien dengan sumbatan 3 pembuluh darah arteri (three vessel disease) dengan angina stabil atau tidak stabil dan pada klien dengan 2 sumbatan pembuluh darah dengan angina stabil atau tidak stabil dan lesi proksimal LAD yang berat.

3. Kontra indikasi
Sumbatan pada arteri < 70% sebab jika sumbatan pada arteri koroner kurang dari 70% maka aliran darah tersebut masih cukup banyak, sehingga mencegah aliran darah yang adekuat pada pintasan. Akibatnya, akan terjadi bekuan pada CABG, sehingga hasil operasi menjadi sia-sia (Muttaqin, 2009).

4. Komplikasi CABG
a. Posperfusion sindrom. Kerusakan sementara pada neurokognitif, namun penelitian terbaru menunjukkan bahwa penurunan kognitif tidak disebabkan oleh CABG tetapi lebih merupakan konsekuensi dari penyakit vaskuler
b. Non union pada sternum
c. Infark miokard akibat emboli, hipoperfusi atau kegagalan cangkok
d. Stenosis pada cangkokan terutama yang menggunakan vena saphena akibat aterosklerosis sehingga menyebabkan angina atau infark miokard
e. Gagal renal akut akibat emboli atau hipoperfusi.
f. Stroke sekunder terhadap emboli atau hipoperfusi

5. Prosedur pelaksanaan CABG
a. Persiapan sebelum pelaksanaan CABG.
1) Persiapan pasien:
a) Informed concern
b) Obat-obatan pra operasi: aspirin, nitrogliserin, nifedipin, diltiazem
c) Pemeriksaan laborat lengkap terutama Hb, Hematokrit, jumlah lekosit, kadar elektrolit, faal hemotasis, foto torak,ECG terbaru serta tes fungsi paru-paru (vital capacity)
d) Persiapan darah 6-10 bag sesuai golongan darah pasien
e) Puasa malam 10-12 jam
f) Cukur area pembendahan
g) Lepaskan perhiasan, kontak lensa, mata palsu, gigi palsu (identifikasi, dan simpan yang aman atau berikan keluraganya.
h) Cek benda-benda asing dalam mulut.
2) Persiapan alat dan bahan penunjang operasi
a) Bahan habis pakai (spuit, masker, jarum, benang dll)
b) Alat penunjang kamar operasi
c) Linen set : 3 set
d) Instrument dasar : 1 set dasar bedah jantung dewasa
e) Instrumen tambahan : 1 set tambahan bedah jantung
f) Intrumen AV graft : 1 set
g) Instrument mikrocoroner : 1 set
h) Instrument kateter : 1 set

b. Pelaksanaan CABG
1) Pemasangan CVP pada vena jugularis dekstra atau vena subklavia dekstra, arteri line dan saturasi oksigen
2) Pasien dipindah dari ruang premedikasi ke kamar operasi
3) Pasang kateter dan kabel monitor suhu, diselipkan dibawah femur kiri pasien dan diplester
4) Pasang plate diatermi di daerah pantat /pangkal femur bawah
5) Posisi pasien terlentang, kedua tangan disamping kiri dan kanan badan dan diikat dengan duek kecil, dibawah punggung tepat di scapula diganjal guling kecil.
6) Bagian lutut kaki diganjal guling, untuk memudahkan pengambilan graft vena
7) Menyuntikkan agen induksi untuk membuat pasien tidak sadar
8) Petugas anestesi memasang ETT memulai ventilasi mekanik.
9) Melakukan desinfeksi dengan betadin 10 % mulai dari batas dagu dibawah bibir kesamping leher melewati mid aksila samping kanan kiri, kedua kaki sampai batas malleolus ke pangkal paha (kedua kaki diangkat) kemudian daerah pubis dan kemaluan didesinfeksi terakhir selnjutnya didesinfeksi dengan larutan hibitan 1% seperti urutan tersebut diatas dan dikeringkan dengan kasa steril.
10) Dada dibuka melalui jalur median sternotomi dan operator mulai memeriksa jantung
11) Pembuluh darah yang sering digunakan untuk bypass grafting ini antara lain; arteri thoracic internal, arteri radial, dan vena saphena. Saat dilakukan pemotongan arteri tersebut, klien diberi heparin untuk mencegah pembekuan darah.
12) Pada operasi “off pump”, operator menggunakan alat untuk menstabilkan jantung.
13) Pada operasi “on Pump”, maka ahli bedah membuat kanul ke dalam jantung dan menginstruksikan kepada petugas perfusionist untuk memulai cardiopulmonary bypass (CPB). Setelah CPB terpasang, operator ditempat klem lintas aorta (aortic cross clamp) diseluruh aorta dan mengintruksikan perfusionist untuk memasukkan cardioplegia untuk menghentikan jantung.
14) Ujung setiap pembuluh darah grefting dijahit pada arteri koronaria diluar daerah yang diblok dan ujung alin dihubungkan pada aorta.
15) Jantung dihidupkan kembali; atau pada operasi “off pump” alat stabilisator dipisahkan. Pada beberapa kasus, aorta didukung sebagian oleh klem C-Shaped, jantung dihidupkan kembali dan penjahitan jaringan grafting ke aorta dilakukan sembari jantung berdenyut.
16) Protamin diberikan untuk memberikan efek heparin
17) Sternum dijahit bersamaan dan insisi dijahit kembali.
18) Pasien akan dipindahkan ke unit perawatan intensif (ICU) untuk penyembuhan. Setelah keadaan sadar dan stabil di ICU (sekitar 1 hari), pasien bisa dipindah ke ruang rawat samapi pasien siap untuk pulang.

6. Arteri dan vena yang dipakai sebagai cangkok (graf)/ saluran (conduit)
Internal Mammary Artery (IMA), vena saphena, arteri radialis, arteri gastroepiploic, arteri epigastrik inferior (Sethares, 2008).
7. Saluran sintetik
Dacron tube, polytetrafluoroethylene (PTFE) tube, polyglycolic acid tube (Sethares, 2008).

8. Pengkajian pasien
a. Identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, pendidikan, diagnose medis, tanggal dan jam MRS, tanggal dan jam pengkajian

b. Keluhan utama: nyeri dada, sesak nafas, palpitasi, pingsan

c. Riwayat penyakit sekarang: pasien mengeluh nyeri, sesak nafas,palpitasi, pingsan

d. Riwayat penyakit dahulu: kaji riwayat DM karena DM memicu aterosklerosis, menghambat penyembuhan luka dan predisposisi infeksi. Hipertensi dan obesitas meningkatkan beban kerja jantung. Obesitas meningkatkan resiko infeksi karena jaringan adiposa mengandung sedikit vaskularisasi.

e. Riwayat penyakit keluarga: riwayat penyakit yang pernah diderita keluarga seperti DM, hipertensi, penyakit jantung koroner.

f. Riwayat psikologis: pasien yang akan dilakukan CABG dapat mengalami kecemasan sampai ketakutan akan kematian.

g. Pengkajian dan perawatan preoperasi
1) Status psikologi: cemas
2) Status klinik: nyeri dada, nitrogliserin SL/ transdermal
3) Riwayat penyakit dahulu: kaji riwayat DM karena DM memicu aterosklerosis, menghambat penyembuhan luka dan predisposisi infeksi. Hipertensi dan obesitas meningkatkan beban kerja jantung. Obesitas meningkatkan resiko infeksi karena jaringan adiposa mengandung sedikit vaskularisasi.
4) Pemberian antibiotic profilaksis: mencegah infeksi
5) Tanda-tanda vital: tekanan darah bilateral, nadi, suhu, RR
6) Observasi adanya shivering : menggigil (Shivering) dapat meningkatkan pelepasan katekolamin  jaga pasien tetap hangat dengan memberi selimut
7) Thorak foto: dapat memberikan informasi mengenai ruang jantung, aorta torakal, pembuluh darah pulmonal. Pada pasien dengan kalsifikasi aorta asendens yang luas maka dihindari penggunaan klem pembuluh darah aorta atau cardiopulmonary bypass.
8) Ekokardiografi: untuk evaluasi fungsi ventrikel sebelum dan segera setelah operasi, untuk mengetahui adanya tumor, thrombus atau udara yang masih ada di rongga atrium atau ventrikel setelah intervensi bedah jantung.
9) Kateterisasi jantung: untuk mengetahui lokasi dan luasnya arteri yang menyempit/tersumbat.
10) Laboratorium: DL, profil koagulan, Faal Homeostasis, Renal Fungsi Tes, Liver Fungsi Tes.
11) Edukasi: melatih batuk efektif dan nafas dalam

h. Keperawatan intraoperasi
1) Posisi : supin,
2) Pengkajian: monitoring EKG, tanda –tanda vital, menyiapkan defibrillator. Jika jantung fibrilasi dan tidak dapat diresusitasi maka segera dilakukan pijatan langsung pada jantung.
3) Insisi : median sternotomy. Kulit diinsisi dari sternal notch sampai ke linea alba dibawah prosesus xipoidius.
4) Pemilihan saluran (conduit): arteri mamaria interna, vena saphena, arteri radialis, arteri gastroepiploik, arteri epigastrik inferior.
5) Pintasan jantung paru : pada pendekatan ini kanula dimasukkan melalui atrium kanan ke vena kava superior dan inferior untuk mengalirkan darah dari tubuh ke system pintasan. System pompa menciptakan vakum,menarik darah ke reservoir vena; darah dibersihkan dari gelembung udara, bekuan darah dan partikulatnya dengan filter. Darah kemudian dialirkan ke oksigenator, melepaskan karbondioksida dan mendapat oksigen. Darah ditarik ke pompa dan kemudian didorong ke penukar panas, dimana temperaturnya diatur, dan kemudian dikembalikan ke tubuh melalui aorta asendens (Smeltzer, 2002).
6) Peran perawat: membantu prosedur operasi, menjaga keamanan dan kenyaman pasien. Ruang lingkup intervensi diantaranya mengatur posisi, perawatan kulit, dukungan emosional pada pasien dan keluarga.
7) Komplikasi intraoperatif yang mungkin terjadi: aritmia, perdarahan, infark miokard, cedera pembuluh darah otak, emboli, syok.

i. Keperawatan post operasi
1) Pengkajian
a). Status neurologi: tingkat responsivitas, ukuran pupil dan reaksi terhadap cahaya, reflex, gerakan ekstremitas, dan kekuatan genggaman tangan.
b). Status jantung: frekuensi dan irama jantung, CVP, curah jantung, tekanan arteri paru, PAWP, saturasi oksigen arteri paru, drainase rongga dada, status serta fungsi pacu jantung.
c). Status respirasi: gerakan dada, suara nafas, setting ventilator (frekuensi, volume tidal, konsentrasi oksigen, mode)
d). Status pembuluh darah perifer:denyut nadi perifer, warna kulit, dasar kuku, mukosa, bibir dan cuping telinga, suhu, edema, kondisi balutan dan pipa invasive.
e). Fungsi ginjal: haluaran urine, berat jenis urin dan osmolaritas
f). Status cairan dan elektrolit: intake dan output, nilai laboratorium untuk kalium, natrium, calcium
g). Nyeri: sifat, jenis, lokasi, durasi, respon terhadap analgesic. Pasien yang menjalani CABG dengan arteri mamaria interna dapat mengalami parestesis sementara atau menetap nervus ulnarispada sisi yang sama dengan graf yang diambil. Pasien yang menjalani CABG dengan arteri gastroepiploik juga dapat mengalami ileus selama beberapa waktu dan akan mengalami nyeri abdomen pada tempat insisi selain nyeri dada.

2) Pengkajian komplikasi:
a). Penurunan curah jantung: penyebabnya antara lain; gangguan preload, gangguan afterload, gangguan frekuensi jantung, gangguan kontraktilitas.
b). Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit: panatau asupan dan haluaran cairan, kadar elektrolit
c). Gangguan pertukaran gas: indikasi gangguan pertukaran gas; gelisah, cemas, sianosis pada selaput lendir dan jaringan perifer, takikardia, berusaha melepas ventilator. Suara nafas ronki.
d). Gangguan peredaran darah otak: hipoksia

9. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko/aktual Penurunan curah jantung berhubungan dengan; kehilangan darah dan gangguan miokardium, gangguan preload (hipovolemia), gangguan konduksi (aritmia)
b. Ansietas berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan status kesehatan, kurang pengetahuan terhadap tindakan CABG
c. Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan kongesti paru
d. Nyeri berhubungan dengan luka insisi
e. Resiko infeksi berhubungan dengan port de entry kuman.

10. Intervensi keperawatan
a. Resiko/aktual penurunan curah jantung berhubungan dengan; kehilangan darah dan gangguan miokardium, gangguan preload (hipovolemia), gangguan konduksi (aritmia)
Tujuan: dalam waktu 2 X 24 jam curah jantung meningkat
Kriteria hasil: hemodinamik stabil (tekanan darah dalam batas normal (TDS 100-130, TDD 60-90), asupan dan haluaran sesuai, nadi normal (60-100x/menit) tidak ada disritmia), produksi urine 0,5-1 cc/kgBB/jam, CRT < 2 detik, suhu normal (36-370C), RR normal (12-20 X/menit), drainase dada melalui selang pada 4-6 jam pertama < 300 cc.

Intervensi :
1) Catat dan pantau HR, TD, RR terutama adanya hipotensi, waspadai penurunan sistol/diastole.
Rasional: hipotensi dapat terjadi akibat kekurangan cairan, disritmia, gagal jantung/syok.

2) Pantau irama jantung, disritmia. Observasi respon pasien terhadap disritmia contoh penurunan tekanan darah.
Rasional: letal disritmia dapat menyebabkan penurunan curah jantung

3) Observasi perubahan status mental/orientasi/gerakan reflex tubuh/ gelisah.
Rasional: dapat mengindikasikan penurunan aliran darah otak akibat penurunan curah jantung.

4) Catat suhu kulit dan kualitas nadi perifer.
Rasional: kulit hangat, merah muda dan nadi kuat adalah indikasi curah jantung adekuat.

5) Ukur dan catat asupan dan haluaran cairan
Rasional: berguna dalam menentukan kebutuhan cairan atau mengidentifikasi kelebihan cairan yang dapat mempengaruhi curah jantung.

6) Observasi adanya infark miokard melalui pemeriksaan EKG berkala
Rasional: gejala bisa tertutup oleh tingkat kesadaran pasien dan obat anti nyeri.

7) Observasi perdarahan, drainase darah terus-menerus, CVP rendah, takikardia.
Rasional: perdaraha dapat terjadi akibat insisi jantung, trauma jaringan,gangguan pembekuan.

8) Observasi adanya gagal jantung: hipotensi, peningkatan PAWP, CVP dan tekanan atrium kiri, takikardia, gelisah, sianosis, distensi vena, dipsnea, asites. Persiapkan pemberian diuretik dan digitalis.
Rasional: gagal jantung yang terjadi akibat penurunan aksi pompa jantung; dapat menurunkan perfusi ke organ vital.

b. Ansietas berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan status kesehatan, kurang pengetahuan terhadap tindakan CABG
Tujuan: setelah 2 x 24 jam dirawat, ansietas berkurang atau hilang.
Kriteria hasil: gelisah hilang atau berkurang, klien kooperatif, mengungkapkan perasaanya pada perawat tentang tindakan yang diprogramkan, klien dapat mengidentifikasi penyebab atau faktor yang mempengaruhinya, menyatakan cemas berkurang/hilang.

Intervensi:
1) Kaji tanda-tanda dan ekspresi verbal dari kecemasan.
Rasional: cemas dapat merangsang respon simpatik dengan melepaskan katekolamin, sehingga menyebabkan peningkatan kebutuhan jantung akan oksigen.
2) Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan dan kecemasannya.
Rasional: mengungkapkan perasaan dapat mengurangi ansietas dan dapat membuat klien lebih tenang.

3) Jelaskan kepada klien tentang prosedur tindakan CABG (pengertian, manfaat, indikasi, persiapan, prosedur, efek samping dan resiko yang timbul apabila tidak dilakukan CABG)
Rasional: pengetahuan yang adekuat dapat mengurangi kecemasan.

4) Berikan posisi yang nyaman, lingkungan yang tenang bagi klien,
Rasional: situasi yang tenang dapat mengurangi kecemasan klien.

5) Observasi TD, nadi, RR
Rasional: peningkatan nadi dapat menjadi indikasi adanya kecemasan.

6) Beri kesempatan orang terdekat untuk mendampingi klien
Rasional: keluarga dapat membantu klien untuk mengungkapkan perasaan cemas.

c. Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan kongesti paru
Tujuan: dalam waktu 1x 24 jam setelah intervensi diberikan, gangguan pertukaran gas tidak terjadi.
Kriteria hasil: klien melaporkan tidak adanya/ penurunan dipsnea, klien menunjukkan tidak ada distress nafas, RR = 12-20 x/menit, nilai GDA dalam rentang normal (pH: 7,35-7,45 ; pO2= 95-100% ; PaCO2= 35-45 mmHg)

Intervensi:
1) Auskultasi bunyi nafas, catat bunyi nafas (ronki)
Rasional: ronki dapat menjadi indikasi kongesti paru.

2) Kolaborasi pemebrian oksigen
Rasional: meningkatkan oksigen alveoli yang dapat memperbaiki atau menurunkan hipoksemia jaringan.

3) Pantau hasil analisa gas darah, oksimetri
Rasional: hipoksemia dapat menjadi berat selama edema paru.

4) Berikan obat sesuai indikasi: diuretik, brokodilator
Rasional: menurunkan kongesti alveoli dan meningkatkan pertukaran gas, bronkodilator meningkatkan aliran oksigen dengan mendilatasi jalan nafas.

5) Kolaborasi pemilihan pemberian cairan.
Rasional: cairan yang berlebihan dapat menyebabkan edema paru.

d. Nyeri berhubungan dengan luka insisi
Tujuan: setelah dilakukan intervensi 3 x 24 jam nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria hasil: skala nyeri 0-3, klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang, klien dapat rileks dan istirahat dengan tenang. Tanda vital stabil

Intervensi:
1) Catat sifat, jenis, lokasi, dan durasi nyeri.
Rasional: nyeri dapat meningkatkan konsumsi oksigen dan beban kerja jantung.

2) Bantu pasien membedakan nyeri bedah dan nyeri angina
Rasional: nyeri angina memerlukan penanganan segera.

3) Berikan posisi nyaman dan ajarkan tehnik relaksasi
Rasional: posisi memberikan rasa nyaman.

4) Pantau TTV
Rasional: HR dapat meningkat sebagai respon dari nyeri.

5) Kolaborasi pemberian analgesik
Rasional: menurunkan nyeri, menurukan ketegangan otot dan meningkatkan penyembuhan.

e. Resiko infeksi berhubungan dengan port de entry kuman.
Tujuan: infeksi tidak terjadi
Criteria hasil: luka operasi tidak berbau, tidak ada pus.

Intervensi:
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
Rasional: mencegah infeksi silang

2) Kaji daerah sekitar luka operasi, observasi adanya pus, bau
Rasional: gejala dini infeksi diketahui

3) Pantau suhu tubuh, nadi
Rasional: hipertermi dan takikardia dapat menjadi tanda infeksi

4) Kolaborasi antibiotik
Rasional: membunuh bakteri/kuman.

5) Beri nutrisi yang adekuat
Rasional: membantu meningkatkan imunitas.

12. Daftar Pustaka

Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta. EGC

Feriyawati, L. 2005. CABG dengan Menggunakan Vena Saphenous, Arteri Mammaria Interna dan Arteri Radialis. FK USU, diperoleh dari library.usu.ac.id/ download/ fk/ 06001193.pdf tanggal, 12 Pebruari 2010

Muttaqin, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta. Salemba Medika.

Sethares, K. 2008. Care of Patient Undergoing Cardiac Surgery dalam Moser & Riegel, Cardiac Nursing; A Companion to Braunwald’s Heart Disease. Philadelphia. Saunders, an imprint Elsevier inc.

Smeltzer, SC & Bare, BG. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Volume 2. Jakarta. EGC

Anonymous. CABG. www.wikipedia.com diperoleh tanggal 12 pebruari 2009

KEPERAWATAN CHF

CONGESTIVE HEART FAILURE

1. DEFINISI
 Suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan /atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal.
 Suatu sindrom klinis yang rumit yang ditandai dengan adanya abnormalitas fungsi ventrikel kiri dan kelainan regulasi neurohormonal
 Secara singkat menurut Sonnenblik, gagal jantung terjadi apabila jantung tidak lagi mampu memompakan darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh pada tekanan pengisian yang normal.

2. ETIOLOGI
• Faktor predisposisi
1. Penyakit yang menimbulkan penurunan fungsi ventrikel, seperti :
a. Penyakit arteri koroner
b. Hipertensi
c. Kardiomiopati
d. Penyakit pembuluh darah
e. Penyakit jantung kongenital
2. Keadaan yang membatasi pengisian ventrikel
a. Stenosis mitral
b. Kardiomiopati
c. Penyakit perikardial
• Faktor pencetus
1. Meningkatnya asupan garam
2. Ketidakpatuhan menjalani pengobatan anti gagal jantung
3. Infark miokard akut
4. Serangan hipertensi
5. Aritmia akut
6. Infeksi atau demam
7. Emboli paru
8. Anemia
9. Endokarditis

3. PATOFISIOLOGI
Sindrom gagal jantung dapat dibagi dalam 2 komponen :
1. Gagal miokardium ( myocardial failure ), yang ditandai oleh menurunnya kontraktilitas.
2. Respon sistemik terhadap menurunnya fungsi miokardium,
(a) meningkatnya aktivasi sistem simpatetik,
(b) aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron dan stimulasi pelepasan vasopressin
(c) vasokonstriksi arteria renalis.
• Gagal jantung baik kanan ataupun kiri dapat disebabkan oleh beban kerja ( beban tekanan atau beban volume ) yang berlebihan, gangguan pada otot jantungnya sendiri, ataupun oleh gabungan kelainan otot dan beban lebih.
• Beban volume ( preload ) disebabkan oleh kelainan yang menuntut ventrikel memompa darah lebih banyak semenit ( tirotoksikosis, anemia, regurgitasi mitral, dan regurgitasi aorta ).
• Beban tekanan ( afterload ) disebabkan oleh kelainan yang meningkatkan tahanan terhadap pengaliran darah ke luar jantung ( hipertensi sistemik, stenosis aorta ).
• Kelainan atau gangguan fungsi miokard dapat disebabkan oleh menurunnya kontraktilitas dan oleh hilangnya jaringan kontraktil ( infark miokard ).
• - Dalam menghadapi beban lebih, jantung menjawab ( berkompensasi ) seperti bila jantung menghadapi latihan fisik. Akan tetapi bila beban lebih yang dihadapi berkelanjutan maka mekanisme kompensasi akan melampaui batas dan ini menimbulkan keadaan yang merugikan. Manifestasi klinis gagal jantung adalah manifestasi mekanisme kompensasi.

Mekanisme kompensasi
Intrinsik
• Mekanisme Frank-Starling
• Hipertrofi miokard
• Perubahan bentuk ventrikel
Neuro-endokrin
• Respon adrenergik khrono-inotropik
• Respon renin-angiotensin-aldosteron
• Vasokonstriksi
• Retensi cairan
• Redistribusi aliran darah
• Vasokonstriksi berlebihan menurunkan curah jantung,meningkatkan afterload dan kerja mekanis ventrikel kiri,memperberat disfungsi ventrikel.
• Meskipun hipertrofi pada awalnya bermanfaat,tetapi cenderung memperlambat pengisian saat diastolik dan memberi predisposis iskemia subendokardium. Miosit yang hipertrofi lebih mudah kelelahan dan digantikan jaringan fibrosis.
• Takhikardia yang berlebihan mengurangi masa diastol
• dan menurunkam curah jantung lagi pula takhikardia
• meningkatkan kebutuhan oksigen miokardium dan
• menambah iskemia miokad.
• Kadar katekolamin yang tinggi disamping menambah afterload, juga toksik pada miokardium yang fungsinya sudah menurun.
4. KLASIFIKASI MENURUT NYHA (NEW YORK HEART ASSOCIATION)
Kelas 1 : Bila klien dapat melakukan aktifitas berat tanpa keluhan
Kelas 2 : Bila klien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari aktifitas sehari-hari tanpa keluhan
Kelas 3 : Bila klien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan
Kelas 4 : Bila klien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun dan harus tirah baring

5. DIAGNOSIS GAGAL JANTUNG KONGESTIF (KRITERIA FRAMINGHAM)
Kriteria mayor
a. Dyspnoe nocturnal paroksismal atau ortopnoe
b. Peningkatan tekanan vena jugularis
c. Ronchi basah tidak nyaring
d. Kardiomegali
e. Edema paru akut
f. Irma derap s3
g. Peningkatan tekanan vena >16 cm H2O
h. Refluks hepatojugular
Kriteria minor
a. Edema pergelangan kaki
b. Batuk malam hari
c. Dyspnoe d’effort
d. Hepatomegali
e. Efusi pleura
f. Kapasitas vital berkurang menjadu 1/3 maksimum
g. Takikardi (>120 x/mnt)
Diagnosis ditegakkan dari 2 kriteria mayor ;atau 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor harus ada pada saat yang bersamaan.


6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto thorax : Mengarah ke kardiomegali, corakan vaskular paru menggambarkan kranialisasi, infiltrat prekordial kedua paru, dan efusi pleura
Elektrokardiografi (EKG) : Untuk melihat penyakit yang mendasari seperti infark miokard atau aritmia
Kateterisasi jantung : Tekanan obnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung kanan atau kiri dan stenosis karub atau insufisiensi.
Pemeriksaan lain seperti ekokardiografi, angigrafi, pemeriksaan HB,elektrolit, fungsi ginjal, fungsi tiroid dilakukan atas indikasi


7. PENATALAKSANAAN
a. Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi oksigen melalui istirahat/pembatasan aktifitas
b. Memperbaiki kontraktilitas otot jantung
• Mengatasi keadaan yang reversibel termasuk tirotoksikosis, miksedema, dan aritmia
• Digitalisasi
-dosis digitalis : Digoxin oral untuk digitalisasi cepat 0,5-2 mg dalam 4-6 dosis selama 24 jam dan dilanjutkan 2x0,5 selama 2-4 hari;
Digoxin iv 0,75-1 mg dalam 4 dosis selama 2 jam;
Cedalinid iv 1,2-1,6 mg dalam 24 jam
-dosis penunjang untuk gagal jantung : digoxin 0,25 mg sehari. Untuk klien usia lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan
-dosis penunjang digoxin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg
-digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang berat: digoxin: 1-1,5 mg iv perlahan-lahan; cedalinid iv 0,4-0,8 mg iv perlahan-lahan

c. Menurunkan beban jantung
• Menurunkan beban awal dengan diet rendah garam, diuretik, dan vasodilator
• Menurunkan beban akhir dengan dilator arteriol
8. PENGKAJIAN
a. Pernafasan
Gejala: Mengeluh sesak, batuk menetap atau nokturnal.
Tanda: Takipneu, bunyi nafas; krekels, mengi, sputum berwarna bercak darah, gelisah.
b. Sirkulasi
Gejala: Menyatakan memiliki riwayat demam reumatik hipertensi, kongenital: kerusakan arteial septal, trauma dada, riwayat murmur jantung dan palpitasi, serak, hemoptisisi, batuk dengan/tanpa sputum, riwayat anemia, riwayat shock hipovolema.
Tanda: Getaran sistolik pada apek, bunyi jantung; S1 keras, pembukaan yang keras, takikardia. Irama tidak teratur; fibrilasi arterial.
c. Neurosensoris
Gejala: Mengeluh kesemutan, pusing
Tanda: Kelemahan
d. Makanan/Cairan
Gejala: Mengeluh terjadi perubahan berat badan, sering penggunaan diuretik.
Tanda: Edema umum, hepatomegali dan asistes, pernafasan payah dan bising terdengar krakela dan mengi.
e. Aktivitas dan Istirahat
Gejala : Mengeluh lemah, cepat lelah, pusing, rasa berdenyut dan berdebar.
Mengeluh sulit tidur (ortopneu, dispneu paroksimal nokturnal, nokturia, keringat
malam hari).
Tanda: Takikardia, perubahan tekanan darah, pingsan karena kerja, takpineu, dispneu.

9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung b/d .perubahan kontraktilitas miokard, perubahan frekuensi irama
2. Kelebihan volume cairan b/d menurunnya laju filtrasi glomerolus, .meningkatnya produksi ADH, retensi natrium
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan.
4. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring yang lama.
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, program pengobatan berhubungan dengan kurang pemahaman tentang penyakitnya.

10. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Penurunan curah jantung b/d .perubahan kontraktilitas miokard, perubahan frekuensi irama
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam penurunan curah jantung dapat teratasi.
Kriteria Hasil : T = 100-139/60-89 mmHg, N = 60-100 x/ menit, CRT < 2 dt, produksi urin 0,5-1cc/kgBB/jam,
a. Pantau tanda-tanda vital terutama tekanan darah dan denyut jantung
b. Auskultasi nadi apical
c. Catat bunyi jantung
d. Palpasi nadi perifer
e. Pantau halauan urine
f. Kolaborasi dengan medis untuk pemberian obat-obatan
-nitropusin (vasodilator)
-digitalis
-cek lab CKMB-LDH

2) Kelebihan volume cairan b/d menurunnya laju filtrasi glomerolus, .meningkatnya produksi ADH, retensi natrium
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam kelebihan volume cairan bisa dikurangi atau hilang
Kriteria Hasil -berat badan stabil, -tidak adanya oedem, T = 100-139/60-89 mmHg, N = 60-100 x/ menit, CRT < 2 dt, produksi urin 0,5-1cc/kgBB/jam
a. Pantau halauan urine
b. Catat jumlah dan warna setiap pasien BAK
c. Hitung keseimbangan cairan masuk dan keluar
d. Ubah posisi dengan sering
e. Tinggikan kaki bila duduk
f. Auskultasi bunyi nafas
g. Catat adanya bunyi nafas tambahan
h. Pantau tanda-tanda vital

3) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan
Setelah di;akukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam terdapat respon perbaikan dengan meningkatnya kemampuan beraktifitas klien
Kriteria Hasil:
-Klien berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan
-Memenuhi kebutuhan perawatan diri sendiri
-Menurunnya kelemahan dan kelelahan
-Tanda vital dalam batas normal selama aktifitas (N:60-100x/mnt,TD:120-130/80-90,RR:20-22x/mnt,S:36-37 )
a. Periksa tanda vital sebelum dan sesudah aktifitas
b. Catat respon kardiopulmonal terhadap aktifitas, catat takikardi,disritmia,dyspne,berkerigat,pucat
c. Kaji penyebab kelemahan
d. Evaluasi peningkatan intoleransi aktifitas
e. Berikan bantuan dalam perawatan diri sesuai indikasi. Selingi periode aktifitas dengan periode istirahat
Kolaborasi untuk program rehailitasi jantung atau aktifitas


KEPERAWATAN HIPERTENSI

Hipertensi

A. Pengertian
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada sistem pembuluh darah yang ditandai dengan tekanan darah melebihi normal. Sering terjadi pada usia pertengahan atau lebih usia 45 tahun atau lebih(Arif Muttaqin).
Hipertensi menurut JNC adalah kenaikan tekanan darah yang lebih tinggi, untuk tekanan sistolik > 140 mmHg dan tekanan diastolic lebih dari > 90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahanya.
B. Penyebab
Menurut penyebabnya hipertensi dapat dibagi menjadi dua :
1. Hipertensi primer atau essensial merupakan bagaian terbesar dari penyebab penderita hipertensi sekitar 90 % dan sampai saat ini belum diketahui penyebab secara pasti penyebab penyakit hipertensi primer ini.
2. Hipertensi sekunder,jenis hipertensi ini dapat diketahui penyebabnya seperti :
a. Kelainan ginjal
 Pyelonepritis kronis (PNC)
 Glomerulonepritis Kronis (GNC)
 Glumerulonepritis Akut (GNA)
 Penyempitan arteri renalis
b. Kelainan hormonal
 Diabetes mellitus
 Kosumsi pil KB
 Phaecromacytoma (tumor adrenal)
c. Kelainan neurologis
 Polineuritis
 Polimyelitis
d. Penyebab lainnya
 Preklamsi
 Koartasio aorta
 Obat-obatan.
C. Klasifikasi hipertensi
Hipertensi Sistolik Diastolik
Sedang 130- 139 85-89
Derajat 1 140-159 90-99
Derajat 2 160-179 100-109
Derajat 3 >180 >110

D. Patofiologi
Pengaturan tekanan darah arteri meliputi system control saraf yang komplek dan hormonal yang saling berhubungan satu sama yang lain dalam mempengaruhi curah jantung tahanan vaskuler perifer.Hal inilah yang ikut dalam pengaturan tekanan darah adalah reseptor dengan mekanismenya.Curah jantung ditentukan oleh volume sikuncup dan frekwensi jantung.Tahanan perifer ditentukan oleh diameter arteriol.Bila diameternya menurun (vasokontriksi),tahanan perifer akan meningkat.Bila diameternya meningkat (vasodilatasi) tahanan perifer akan menurun.

WOC

E. Manifestasi Klinis
Kebanyakan penderita Hipertensi mempunyai keluhan sesak ,sakit kepala,gelisah,pusing,lemas, mudah lelah,kadang disertai mual muntah ,kadang disertai kelemahan otot.Adapun pemeriksaan penunjang adalah;
a. EKG
Kemungkinan pada gambaran EKG akan ditemukan adanya pembesaran ventrikel kiri(LVH) dan pembesaran atrium kiri (LAH)
b. Laboratorium
Perlu diperiksa fungsi ginjal,urine lengkap,urium kreatinin,BUN,S Creat.
c. Foto Thorak PA
Kemungkinan akan ditemukan kardiomegali
d. Ekokardiografi
Akan ditemukan adanya pembesar dinding ventrikel.
F. Pengobatan
Tujuan dari pengobatan adalah untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas dengan mempertahankan tekanan darah secara normal dengan;
a. Pengobatan non farmakologi
-Teknik-teknik mengurangi stress
-Teknik penurunan berat badan
-Pembatasan alcohol ,rokok,dan natrium
-Olah raga secara teratur
-Istirahat yang cukup
-Rajin berdo’a dan beribadah
b. Pengobatan farmakologis
-Diuretik seperti furosemid,dan
-Beta bloker
-Kalsium antagonis
-ACE inhibitor
-Alpa adregenik bloking agent
-Pengobatan simpton
G. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama,umur,jenis kelamin,suku/bangsa, agama, pekerjaan,pendidikan,nomor register,dinogsa,alamat
b. Keluhan utama
Meliputi mulai kapan dirasakan,seperti apa rasanya,berapa lama,apa yang memperberat dan memperingan,tindakan apa yang telah dilakukan
c. Riwayat perawatan
Meliputi riwayat penyakit sekarang,riwayat penyakit sebelumnya,riwayat kesehatan keluarga,keadaan kesehatan lingkungan,riwayat kesehatan lainnya
d. Observasi dan pemeriksaan fisik
1 Keadaan umum
2 Tanda-tanda vital
3 Sistem pernapasan
4 Sistem kardiovaskuler
5 Sistem persyarafan
6 Sistem perkemihan
7 Sistem pencernaan
8 Sistem muskuluskeletal
9 Sistem endokrin dan reproduksi

H. Dianogsa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman(nyeri kepala) sehubungan dengan peningkatan TIK yang ditanda dengan sulit tidut dan nyeri kepala.
2. Resiko tinggi penurunan curah jantung sehubungan dengan tidak adekuat aliran darah kejantung yang ditandai dengan sesak TD menurun,akral dingin,ronchi
3. Intoleransi aktivitas sehubungan dengan kelemahan fisik yang di tandai dengan bedrest,odem ektremitas,ADL di bantu keluarga dll

I. Asuhan keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri keapala) sehubungan dengan neningkatan TIK.
a. Tujuan
Nyeri kepala hilang
Px bisa tidur
b. Kreteria : setelah minum obat px tidak pusing dan bisa tidur.
c. I ntervensi :
 Anjurkan px untuk memikirkan hal yang positif
 Anjurkan untuk istirahat /berbaring bila pusing menyerang
 Anjurkan untuk membatasi aktivitas
 Anjurkan rutin untuk mengontrol tekanan darah
 Anjurkan meminum obat yang diberikan dari poli
 Anjurkan untuk control bila obat habis dan terjadi keluhan nyeri kepala hebat
2. Intoleransi aktivitas sehubungan dengan kelemahan fisik yang di tandai dengan bedrest,odem ektremitas,ADL di bantu keluarga.
a. Tujuan
Px bisa melakukan sendiri aktivitasnya
b. Kreteria : ADL tanpa dibantu keluarga
c. Intervensi
 Anjurkan px untuk melatih gerakan secara rutin
 Anjurkan px untuk melakukan sendiri kebutuhan adl yang ringan
 Anjurkan keluarga membantu apabila px tidak bisa melakukan sendiri
 Anjurkan minum obat secara teratur
 Anjurkan untuk control secara rutin

KEPERAWATAN PJK

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYAKIT JANTUNG KORONER ( PJK )


I. Definisi : kondisi patologis yang terjadi dengan penimbunan abnormal lipid atau bahan lemak dan jaringan fibrosa pada dinding pembuluh darah sehingga mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi arteri yang menyebabkan penurunan aliran darah ke jantung sehingga terjadi ketidakseimbangan pasokan dan kebutuhan O2 jantung.
II. Faktor Resiko
A. Yang dapat diubah
• Peningkatan lipid serum
• Hipertensi
• Merokok
• Obesitas
• Konsumsi Alkohol
• Kadar Kolesterol
• Hiperlipidemia
• Obesitas
• Diabetes
• Diet: tinggi lemak jenuh, tinggi kalori
• Infeksi
• Pembekuan darah
• Aktivitas fisik
B. Yang tidak dapat diubah
• Usia Umur lebih dari 40 tahun
• Jenis kelamin insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkat setelah menopause
• Hereditas
• Ras: insiden pada kulit hitam lebih tinggi
III. klasifikasi
A. angina stabil
keluhan nyeri dada akibat gangguan pasokan darah miokard sebagai konsekuensi dari stenosis baik tetap atau dinamis, hilang dengan istirahat.
B. angina tidak stabil
nyeri dada dengan frekuensi dan keparahan yang meningkat, periode serangan > 20 menit dan hanya hilang sebagian dengan pemberian nitrat.
C. iskemia tanpa gejala
adanya depresi segmen st >1mm tanpa disertai gejala yang menyertai dan terdapat kelainan metabolism miokard yang reversibel tomogarafi emisi position ( PET ). Jarang terdeteksi bila timbul gejala biasanya sudah tidak tertolong.
D. Angina varian Prinzmetal
Adalah gejala angina saat istirahat dan adanya elevasi segmen ST pada EKG.
E. IMA
Adanya keluha nyeri dada >30 menit menjalar ke punggung dan lengan kiri dan tidak berkurang dengan istirahat dan pemberian nitrat.
IV. Gejala
• Nyeri dada
• Sesak nafas
• Gangguan kesadaran
V. Patofisiologi
Apabila keadaan plak ateroma pada arteria koronaria menjadi tidak stabil, misalnya mengalami perdarahan, rupture atau terjadi fisura, sehingga terbentuk thrombus di daerah plak yang menghambat aliran darah koroner dan terjadi serangan PJK. PJK datangnya tidak tentu tergantung jenisnya, dapat terjadi pada waktu penderita sedang melakukan kegiatan fisik atau dalam keadaan istirahat, dan gejalanya bervariasi tergantung bentuk besar kecil dan keadaan thrombus. Selama berlangsungnya proses agregasi, platelet melepaskan banyak ADP, tromboksan A2 dan serotonin. Ketiga substansi ini akan menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah koroner yang aterosklerotik sehingga suplai darah dan oksigen ke miokard berkurang yang mengakibatkan iskemia miokard. Iskemia miokard menyebabkan peningkatan metabolisme anaerob dan peningkatan produksi asam laktat sehingga timbul angina pektoris. Apabila iskemia berlangsung lebih dari 30-45 menit akan menyebabkan kerusakan seluler yang permanen.

VI. Pemeriksaan Diagnostik
A. EKG
 Adanya gelombang Q patologis
 Segmen ST elevasi
 T inversi ataupun depresi
B. Laboratorium
 Kenaikan enzim jantung : CKMB, LDH, AST
 Elktrolit : Hipokalemi atau Hiperkalemi
 Kenaikan Sel Darah Putih :
 Hiperkolesterol Hiperlipidemia
 Perubahan nilai HDL dan LDL
 Kenaikan Trigliserida
C. Foto Rotgen
Bisa terjadi cardiomegali

D. Angiorafi Koroner
Untuk melihat kepatenan, artei koronaria, lokasi sumbatan dan memastikan kekuatan otot jantung
E. Echocardiogram
Bisa terjadi kelainan katub dan dilatasi ruang jantung
VII. Penatalaksanaan Medis
A. Umum
 Perubahan gaya hidup ( stop merokok dan alcohol )
 Diet dan penurunan berat badan
 Olahraga teratur
B. Terapi spesifik
 Aspirin
 Nitrat
 β bloker
 antagonis kalsium
 analgesic
 anti platelet
 antikoagulan
 trombolitik
 penghambat ACE
 terapi penurunan lipid
 obat lain tergantung gejala
C. Revaskulerisasi koroner
 Tandur alih pintas arteri koroner ( coronary artery bypass grafting )
Penggantian arteri koroner yang tersumbat dengan vena atau arteri mamare
 Angioplasty ( stent koroner )
Pemasangan stent pada arteri yang tersumbat sehingga aliran darah kembali lancer.
 Percutaneus and trans myocardial revascularization
Pembuatan saluran berdiameter 1-2 mm langsung dari ventrikel kiri dengan menggunakan laser karbon dioksida.
VIII. Pengkajian
A. Keluhan utama
Nyeri dada dan perasaan sulit bernafas
B. Riwayat penyakit sekarang
Nyeri setelah beraktivitas dan tidak berkurang dengan pemberian nitrigliserin.
Nyeri seperti tertekan/diremas
Nyeri di area anterior/ precordial/ sub sterna menjalar ke lengan, wajah, rahang, rahang, laher, punggung, dan epigastrium.
Skala nyeri 4 – 5 ( skala 0 – 5 )sedang / berat.
Nyeri timbul mendadak
Durasi <15 menit, >30 menit
Nyeri saat istirahat
C. Riwayat penyakit dahulu
Nyeri dada tiba – tiba hilang saat istirahat
Hipertensi
DM
D. Riwayat Penyakit Keluarga :
Adanya anggota keluarga yang meninggal karena penyakit jantung ( mungkin disebut angin duduk )
Hipertensi pada keluarga
DM
E. Riwayat pekerjaan dan Kebiasaan :
Minum Alkohol
Merokok ( sejak kapan, berapa batang per hari,jenis rokok )
Makan Makanan cepat saji

F. Keadaan Umum
Biasanya kesadaran compos mentis dan mungkin sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perfusi sistem saraf pusat.
G. B1( breathing )
Sesak dan keluhan napas seperti tercekik, juga terdapat sesak kardia, tanda-tanda edema paru ( ronchi )
H. B2 ( bleeding )
Inpeksi : inspeksi adanya parut
Palpasi : denyut nadi perifer normal pada angina stabil, selama serangan akut bisa takikardi, AF atau VF.
Auskultasi : bisa didapat split patologis. Kadang-kadang didapatkan aritmia, gallop, tekanan darah biasanya menurun atau meningkat tergantung tingkat keparahan.
Perkusi : tidak ada pergeseran jantung bila tidak ada komplikasi.
I. B3 ( brain )
Kesadaran composmentis atau menurun. Pengkajian obyektif berupa wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis, merintihdan menggiliat.
J. B4 ( bladder )
Perlu dilihat adanya oliguria yang mungkin didapat merupakan tanda awal syok kardiogenik.
K. B5 ( bowel )
Adanya nyeri menyebabkan respon mual dan muntah. Palpasi abdomen didapatkan nyeri tekan di empat kuadran merupakan penjalaran nyeri. Penurunan peristaltic usus merupakan tanda kardial IMA.
L. B6 ( bone )
Aktivitas gejala : kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, gerak statis, dan jadwal olahraga tidak teratur.
Tanda : takikardi, dispneu saat istirahat/ aktivitas dan kesulitan melakukan tugas perawatan diri.
IX. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen ke miokard sekunder dengan adanya sumbatan.
2. Aktual / resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan kontraktilitas ventrikel kiri.
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan alveolar ( edema paru )
3. Aktual / resiko gangguan perfusi perifer berhubungan dengan menurunnya curah jantung.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan perfusi perifer sekunder penurunan suplai oksigen miokard.
5. Cemas berhubungan dengan rasa takut akan kematian atau perubahan status kesehatan.

X. Rencana asuhan keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri ditandai dengan :
• nyeri dada dengan / tanpa penyebaran
• wajah meringis
• gelisah
• delirium
• perubahan nadi, tekanan darah.
Tujuan
Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam
Kriteria Hasil:
• Nyeri dada berkurang misalnya dari skala 3 ke 2, atau dari 2 ke 1
• ekpresi wajah rileks / tenang, tak tegang
• tidak gelisah
• nadi 60-100 x / menit,
• TD 120/ 80 mmHg
Intervensi :
• Observasi karakteristik, lokasi, waktu, dan perjalanan rasa nyeri dada.
• Anjurkan pada klien menghentikan aktifitas selama ada serangan dan istirahat.
• Bantu klien melakukan tehnik relaksasi, misalnya nafas dalam, perilaku distraksi, visualisasi, atau bimbingan imajinasi.
• Pertahankan oksigenasi dengan bikanul contohnya ( 2-4 L/ menit )
• Monitor tanda-tanda vital ( nadi & tekanan darah ) tiap dua jam.
• Kolaborasi dengan tim kesehatan dalam pemberian analgetik atau morphin.
2) Aktual / resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan kontraktilitas ventrikel kiri.
Tujuan :
Curah jantung membaik / stabil setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di RS.
Kriteria Hasil :
• Tidak ada edema
• Tidak ada disritmia
• Haluaran urin normal
• TTV dalam batas normal
Intervensi :
• Pertahankan tirah baring selama fase akut
• Kaji dan laporkan adanya tanda – tanda penurunan COP, TD
• Monitor haluaran urin
• Kaji dan pantau TTV tiap jam
• Kaji dan pantau EKG tiap hari
• Berikan oksigen sesuai kebutuhan
• Auskultasi pernafasan dan jantung tiap jam sesuai indikasi
• Pertahankan cairan parenteral dan obat-obatan sesuai advis
• Berikan makanan sesuai diitnya
• Hindari valsava manuver, mengejan ( gunakan laxan )
3) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan alveolar ( edema paru ) ditandai dengan :
• Dispnea berat
• Gelisah
• Sianosis
• Perubahan GDA
• Hipoksemia
Tujuan :
Oksigenasi dengan GDA dalam rentang normal (Pa O2 < 80 mmHg, Pa CO2 > 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg ) setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di RS.
Kriteria hasil :
• Tidak sesak nafas
• Tidak gelisah
• GDA dalam batas Normal ( Pa O2 < 80 mmHg, Pa CO2 > 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg )
Intervensi :
• Catat frekuensi & kedalaman pernafasan, penggunaan otot bantu pernafasan
• Auskultasi paru untuk mengetahui penurunan / tidak adanya bunyi nafas dan adanya bunyi tambahan misal krakles, ronki dll.
• Lakukan tindakan untuk memperbaiki / mempertahankan jalan nafas misalnya , batuk, penghisapan lendir dll.

• Tinggikan kepala / tempat tidur sesuai kebutuhan / toleransi pasien
• Kaji toleransi aktifitas misalnya keluhan kelemahan/ kelelahan selama kerja atau tanda vital berubah.
4) Aktual / resiko gangguan perfusi perifer berhubungan dengan menurunnya curah jantung.
ditandai dengan :
• Daerah perifer dingin
• EKG elevasi segmen ST & Q patologis pada lead tertentu
• RR lebih dari 24 x/ menit
• Kapiler refill lebih dari 3 detik
• Nyeri dada
• Gambaran foto torak terdpat pembesaran jantung & kongestif paru ( tidak selalu )
• HR lebih dari 100 x/menit, TD > 120/80 AGD dengan : pa O2 < 80 mmHg, pa CO2 > 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg
• Nadi lebih dari 100 x/ menit
• Terjadi peningkatan enzim jantung yaitu CK, AST, LDL/HDL
Tujuan :
Gangguan perfusi jaringan berkurang / tidak meluas selama dilakukan tindakan perawatan di RS.
Kriteria Hasil:
• Daerah perifer hangat
• Tidak sianosis
• Gambaran EKG tak menunjukan perluasan infark
• RR 16-24 x/ menit
• Tidak terdapat clubbing finger
• Kapiler refill 3-5 detik
• Nadi 60-100x / menit
• TD 120/80 mmHg
Intervensi :
• Monitor Frekuensi dan irama jantung
• Observasi perubahan status mental
• Observasi warna dan suhu kulit / membran mukosa
• Ukur haluaran urin dan catat berat jenisnya
• Kolaborasi : berikan cairan IV sesuai indikasi
• Pantau pemeriksaan diagnostik / dan laboratorium misal EKG, elektrolit , GDA (Pa O2, Pa CO2 dan saturasi O2 ). Dan pemberian oksigen

5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan perfusi perifer sekunder penurunan suplai oksigen miokard.
Tujuan :
Terjadi peningkatan toleransi pada klien setelah dilaksanakan tindakan keperawatan selama di RS
Kriteria Hasil :
• Klien berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kemampuan klien
• Frekuensi jantung 60-100 x/ menit
• TD 120-80 mmHg
Intervensi :
• Catat frekuensi jantung, irama, dan perubahan TD selama dan sesudah aktifitas
• Tingkatkan istirahat ( di tempat tidur )
• Batasi aktifitas pada dasar nyeri dan berikan aktifitas sensori yang tidak berat.
• Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktifitas, contoh bengun dari kursi bila tidak ada nyeri, ambulasi dan istirahat selam 1 jam setelah mkan.
• Kaji ulang tanda gangguan yang menunjukan tidak toleran terhadap aktifitas atau memerlukan pelaporan pada dokter.

6) Cemas berhubungan dengan rasa takut akan kematian atau perubahan status kesehatan.
Tujuan :
Cemas hilang / berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di RS
Kriteria Hasil :
• Klien tampak rileks
• Klien dapat beristirahat
• TTV dalam batas normal
Intervensi :
• Kaji tanda dan respon verbal serta non verbal terhadap ansietas
• Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
• Ajarkan tehnik relaksasi
• Minimalkan rangsang yang membuat stress
• Diskusikan dan orientasikan klien dengan lingkungan dan peralatan
• Berikan sentuhan pada klien dan ajak kllien berbincang-bincang dengan suasana tenang
• Berikan support mental
• Kolaborasi pemberian sedatif sesuai indikasi.


TINJAUAN PUSTAKA :
Adipranoto, Jeffrey D. 2006. Penyakit Jantung Koroner dalam Standar Diagnosis dan Terapi Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. Surabaya. SMF Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler FK Unair RSU dr. Soetomo
Anonymous. 2009. Angina Pektoris. http://blog.asuhankeperawatan.com/blog /2009/05/27 /angina-pektoris/ . Diakses pada tanggal 20 desember 2009

Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta. Salemba Medika.